Sabtu, 28 Mei 2011

Negeri 5 Menara (Country 5 Tower)


 Country 5 Tower
This novel tells about the life of six students from 6 different areas studying in Pondok Madani (PM) Roxburgh East Java away from home and managed to realize the dream of reaching the windows of the world. They are:

   
1. Alif Fikri Chaniago of Maninjau
   
2. King Lopez from Medan
   
3. Said Jufri from Surabaya
   
4. Dulmajid of Sumenep
   
5. Atang from Bandung
   
6. Baso Salahuddin of Gowa
Their school, learning and boarding from grade 1 to grade 6. Day by day they grow closer and have the same craze that is sitting under the tower lodge society. From the same indulgence they refer to themselves as Sahibul tower.

 

 
Alif was born on the edge of Lake Maninjau and never touched the ground outside the realm of Minangkabau. Childhood is a windfall hunt in the jungle of Bukit Barisan, playing ball in the muddy fields and take a bath in blue water of Lake Maninjau. Suddenly he had to take a bus three days and three nights across the back of Sumatra and Java into a remote village in East Java. His mother wanted him to become Buya Hamka though Alif want to Habibie. With a half-hearted mother she followed orders: learning in the lodge.
On the first day of class at Pondok Madani (PM), Alif fascinated with "spells" magic man wa jadda Jada. Who would seriously successful. He was astonished to hear Arabic football commentator, delirious child in English, and impressed to see the hut every morning like a float in the air.
Jewer punishment, united by a chain, Alif close friends with the King of Medan, Said from Surabaya, Dulmajid from Sumenep, Atang from Bandung and Baso of Gowa. Beneath the towering minarets, they waited, staring at the clouds violet Maghrib marched back to horizon. In the eyes their young, the clouds were transformed into a dream state and their respective continents. Where dreams take them? They do not know. All they know is: Do not ever underestimate the dream, even as high as anything. God really is Hearer.
How did they travel to the ends of this world begin? Who's number one horror they? What thrilling experience in the middle of the night next to the river where the genie exhaust the child? How do until someone whispering into a mysterious spy? Who was Princess of Madani who they're after-catch? Why should they be bald flashing? How to Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibn Rushd, even Maradona to eventually interfere? Follow the journey of life is directly inspired from the eyes of the perpetrators. Five State Tower is the first book of a trilogy.

Size of book:
Dimensions: 13.5 x 20 cm Thickness: 432 pages Cover: Soft Cover ISBN: 978-979-22-4861-6 Category: Fiction and Literature / Novel / Original Novel
About the Author: A. Fuadi A. Fuadi born in Bayur, Lake Maninjau in 1972, not far from the village Buya Hamka. Fuadi migrated to Java, to obey his mother's request to enter religious schools. At Pondok Modern Gontor he met with scholars and religious teachers who teach science sincerity blessed life and afterlife science. Gontor also opened his heart to a simple but powerful formula, "man jadda wajada", who meant it will be successful.
Graduating class of International Relations, University of Padjadjaran, he became a journalist Tempo. His first journalism class lived in the duties of reporting under the guidance of senior journalists Tempo. In 1998, he received a Fulbright scholarship to lecture S2 at the School of Media and Public Affairs, George Washington University. Traveled to Washington DC with Yayi, wife --- who is also a Tempo journalist-was his childhood dream come true. While in college, they became correspondents and reporters TEMPO VOA. Historic news events of September 11 as they both reported directly from the Pentagon, the White House and Capitol Hill.
In 2004, another world opens the window again when he got the Chevening scholarship to study at Royal Holloway, University of London to the field of documentary film. Now, this photography enthusiasts became director of communications in a conservation NGOs: The Nature Conservancy.
Other figures

    
* Amak:

    
* Father / Fikri Syafnir / Katik Parpatiah Nan Mudo:

    
* Pak Sikumbang:

    
* Pak etek Muncak:

    
* Pak etek Gindo Marajo:

    
* Pak Sutan:

    
* Ismail Hamzah:

    
* Burhan:

    
Ustad * Salman:

    
* Kiai Amin Rais:

    
* Kak Iskandar Matrufi:

    
* Rajab Sujai / Tyson:

    
* Ustadz Torik:

    
* Raymond Jeffrey / Randai:

    
* Ustadz Surur:

    
* Ustadz Faris:

    
* Ustad Jamil:

    
* Ustadz Badil:

    
* Ustad Karim:

    
* Kak Jalal:

    
* Amir Thani:

    
* Mr. Jonas:

    
* Kurdish:

    
* Ustad Khalid:

    
* Shaliha:

    
* Sarah:

    
* Mbok Warsi:

    
* Zamzam: 

__________________________________________________________________________

 Negeri 5 Menara
Novel ini bercerita tentang kehidupan 6 santri dari 6 daerah yang berbeda menuntut ilmu di Pondok Madani (PM) Ponorogo Jawa Timur yang jauh dari rumah dan berhasil mewujudkan mimpi menggapai jendela dunia. Mereka adalah:
  1. Alif Fikri Chaniago dari Maninjau
  2. Raja Lubis dari Medan
  3. Said Jufri dari Surabaya
  4. Dulmajid dari Sumenep
  5. Atang dari Bandung
  6. Baso Salahuddin dari Gowa
Mereka sekolah, belajar dan berasrama dari kelas 1 sampai kelas 6. Kian hari mereka semakin akrab dan memiliki kegemaran yang sama yaitu duduk dibawah menara pondok madani. Dari kegemaran yang sama mereka menyebut diri mereka sebagai Sahibul menara.


Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.

Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak mengigau dalam bahasa Inggris, dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.

Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung berarak pulang ke ufuk. Di mata
belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang anak? Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi.


Ukuran buku:
Dimensi: 13.5 x 20 cm
Tebal: 432 halaman
Cover: Soft Cover
ISBN: 978-979-22-4861-6
Kategori: Fiksi dan Sastra / Novel / Novel Asli

Tentang Pengarang: A. Fuadi
A. Fuadi lahir di Bayur, Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Gontor pula yang membukakan hatinya kepada rumus sederhana tapi kuat, "man jadda wajada", siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses.

Lulus kuliah Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran, dia menjadi wartawan Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya---yang juga wartawan Tempo-adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.

Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Kini, penyuka fotografi ini menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature Conservancy.
Tokoh-tokoh Lain
  • Amak :
  • Ayah / Fikri Syafnir / Katik Parpatiah Nan Mudo :
  • Pak Sikumbang :
  • Pak Etek Muncak :
  • Pak Etek Gindo Marajo :
  • Pak Sutan :
  • Ismail Hamzah :
  • Burhan :
  • Ustadz Salman :
  • Kiai Amin Rais :
  • Kak Iskandar Matrufi :
  • Rajab Sujai / Tyson :
  • Ustadz Torik :
  • Raymond Jeffry / Randai :
  • Ustadz Surur :
  • Ustadz Faris :
  • Ustadz Jamil :
  • Ustadz Badil :
  • Ustadz Karim :
  • Kak Jalal :
  • Amir Tsani :
  • Pak Yunus :
  • Kurdi :
  • Ustadz Khalid :
  • Shaliha :
  • Sarah :
  • Mbok Warsi :
  • Zamzam :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar